17 Juli 2008

Kawasan Konservasi

Nasib Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi

Ketika kawasan konservasi dikelola, maka ia akan menjadi sebuah etalase ekologi dan wilayah bisnis. Penelitian silih berganti. Eksplorasi dilakukan. Rakyat menjadi penunjuk jalan, atau sekedar porter. Hasil penelitian dibawa ke negeri antah berantah. Rakyat tak pernah tahu apa yang dilakukan dan mengapa ini dilakukan. Semakin tidak pahamlah tentang apa yang sedang terjadi.
Berikutnya, mereka dipaksa untuk mengerti bahwa kawasan tersebut tidak boleh diakses, hewan buruan hanya hewan tertentu, tak boleh mengambil kayu untuk sekedar buat pondok dan rumah, dan selanjutnya dipersilahkan untuk keluar dari kawasan kelola mereka.

51 Taman Nasional di Indonesia, adalah wilayah dengan konflik. Permasalahan tenurial yang tidak terselesaikan. Inisiatif kebijakan dari pusat. Bahkan seorang staf Dephut pernah berujar, “wah… SK Taman Nasional yang itu salah tuh…. paparan tentang kondisi kawasannya nggak benar“. Dalam kepala saya cuma satu pertanyaan, kalau SK saja nggak benar, apalagi prosesnya penetapan hingga pengukuhan nantinya.

Sebagian besar kawasan Taman Nasional di Indonesia dikelola oleh NGOIntl. Adakah kesejahteraan rakyat di kawasan tersebut? Telah berapa banyak penelitian yang dilakukan di kawasan tersebut? Berapa banyak komunitas lokal yang tahu telah dilakukan penelitian sebanyak itu? Berapa banyak donasi yang dialirkan ke NGOIntl di kawasan tersebut? Pertanyaan terakhir, Kok mau sih Investasi di kawasan tersebut? Ada apa sebenarnya?

Tidak ada komentar: