Seratus siswa Sekolah Menengah Atas se-Pasuruan-Probolinggo akan berbagi kepedulian terhadap lingkungan. Khususnya, lingkungan sepanjang pantai Pasuruan hingga Probolinggo. Kegiatan bertajuk sekolah Sahabat Mata Air 2010 ini diprakarsai oleh dan bekerjasama dengan Program Peduli Lingkungan Danone-Aqua. Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari penuh yang rencanya akan dimulai tanggal 19 – 21 Maret 2010 di Desa Penunggul Kecamatan Nguling Pasuruan.
Berbagai persiapan telah dilakukan sejak hari ini selasa 16/3 dengan melakukan identifikasi lokasi yang akan dijadikan media pendidikan. Diantaranya, lebih kurang 80 hektar area “sabuk hijau pantai” yang telah mengantarkan Pak Mukarim menerima penghargaan Kalpataru tahun 2005 sebagai Perintis Lingkungan.
Penyebutan istilah sabuk hijau pantai ini sendiri merupakan istilah yang dikampanyekan oleh Mukarim sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan lingkungan bagi masyarakat pinggir pantai. Sekaligus, memberikan koreksi terhadap kebanyakan orang yang biasa menyebut sebagai hutan mangrove. Mengingat, penyebutan hutan mangrove bagi kawasan serupa yang terdiri dari 223 jenis tanaman. Sementara, penanaman yang dirintis Mukarim saat ini hanya mampu menanam 4 jenis tanaman pantai saja. Yaitu, tinjang besar, tinjang kecil, api-api dan bogem. Rencanya, lokasi tersebut akan dioptimalkan sepenuhnya sebagai media belajar siswa.
Tidak hanya itu, rencananya siswa akan disuguhi sesuatu yang berbeda dari kegiatan yang lumrah dilakukan selama ini. yaitu, siswa akan bermalam di rumah-rumah penduduk dan mendapatkan fasilitas dan akomodasi sepenuhnya dari tuan rumah yang ditempati. Menariknya lagi, siswa dan guru pendamping juga akan banyak berinteraksi dengan warga sekitar sebagai narasumber utama dalam sepanjang proses kegiatan.
Fatkhurahman, ketua coordinator program menyampaikan bahwa kegiatan ini cukup unik dari sekedar aktivitas belajar tentang lingkungan seperti biasanya. Mengingat, siswa-siswi lebih banyak berkegiatan langsung dengan masyarakat. Sementara, fasilitator akan memberikan bekal mental dan pengetahuan agar siswa mudah berinteraksi dengan masyarakat. Sehingga, siswa akan menemukan sendiri pemahaman dan permasalahan lingkungan yang ada untuk pada akhirnya dapat mencoba menemukan solusi penyelesaian.
Hal senada juga dikatakan Mukarim. Kegiatan belajar lingkungan sudah biasa dilakukan di temptnya. Namun, baru kali pertama Mukarim memfasilitasi kegiatan yang lebih banyak melibatkan peran masyarakat local sebagai subyek atau narasumber utama. Bahkan Mukarim berharap, kegiatan ini akan menjadi program berkelanjutan sehingga tamu belajar dan masyarakat sekitar lebih menyatu dalam satu rangkaian program.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar